Matematika dan Filsafat
Salah
satu dari cabang filsafat adalah filsafat matematika yang mengkaji
anggapan-anggapan filsafat, kaidah-kaidah, dan dampak-dampak matematika. Filsafat
matematika bertujuan untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika
dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Hubungan
antara filsafat dan Matematika sangatlah erat.
Matematika
berkembang bersama-sama dengan berkembangnya filsafat dan saling mengisi satu
sama lain sebagai umpan balik. Hal ini menunjukan bahwa pendapat matematika
lahir dari filsafat tidaklah tepat.
Di
bawah ini akan disajikan beberapa gambaran hubungan filsafat dan matematika
Berdasarkan
perspektif epistemologi, kebenaran matematika terbagi dalam dua kategori, yaitu
pandangan absolut dan pandangan fallibilis.
Absolutis
memandang pengetahuan matematika didasarkan atas dua jenis asumsi; matematika
ini berkaitan dengan asumsi dari aksioma dan definisi, dan logika yang
berkaitan dengan asumsi aksioma, aturan menarik kesimpulan dan bahasa formal
serta sintak. Ada lokal (micro) dan ada global (macro) asumsi, seperti deduksi
logika cukup untuk menetapkan kebenaran matematika
Menurut
Wilder (dalam Ernest, 1991), pandangan absolutis menemui masalah pada permulaan
permulaan abad 20, ketika sejumlah antinomis dan kontradiksi yang diturunkan
dalam matematika. Kontradiksi lainnya muncul dalah teori himpunan dan teori
fungsi. Penemuan ini berakibat terkuburnya pandangan absolutis tentang matematika.
Jika matematika itu pasti dan semua teoremanya pasti, bagaimana dapat terjadi
kontradiksi di antara teorema-teorema itu?
Tesis
dari fallibilis memiliki dua bentuk yang ekivalen, satu positif dan satu
negatif. Bentuk negatif berkaitan dengan penolakan terhadap absolutis;
pengetahuan matematika bukan kebenaran yang mutlak dan tidak memiliki validitas
yang absolut. Bentuk positifnya adalah pengetahuan matematika dapat dikoreksi
dan terbuka untuk direvisi terus menerus.
Mazhab
logisisme dipelopori oleh Bertrand Arthur William Russell dari Inggris. Dalam
1903 terbitlah buku beliau yang berjudul “The Principles of Mathematics” yang
berpegang pada pendapat bahwa matematika murni semata-mata terdiri atas
deduksi-deduksi dengan prisip-prinsip logika.
Mazhab
landasan matematika formalisme dipelopori oleh ahli matematika besar dari
jerman David Hilbert. Menurut mazhab ini sifat alami dari matematika ialah
sebagai sistem lambang yang formal. Matematika bersagkut paut dengan
sifat-sifat structural dari simbol-simbol dan proses pengolahan terhadap
lambing-lambang itu. Smbol-simbol dianggap sebagai sasaran yang menjadi objek matematika.
Bilangan- bilangan misalnya dipandang sebagai sifat-sifat struktural yang
paling sederhana dari benda-benda.
Matematika
merupakan pengetahuan yang bersifat sintetik apriori dimana eksistensi matematika
tergantung dari pancaindera adalah pendapat dari Immanuel kant. Akhir-akhir ini
filsafat kant tentang matematika ini mendapat momentum baru dalam aliran yang
disebut intuisionis dengan eksponen utamanya adalah seorang ahli matematika
berkebangsaan belanda bernama Luitzen Egbertus Jan Brouwer (1881-1966). Beliau
berpendirian bahwa matematika adalah sama dengan bagian yang eksak dari
pemikiran manusia. Ketepatan dalil-dalil matematika terletak dalam akal manusia
dan tidak pada simbol-simbol diatas kertas sebagaimana diyakini oleh mazhab
formalisme. Dalam pemikiran mazhab intuitionisme matematika berlandaskan suatu
ilham dasar mengenai kemungkinan untuk membangun sebuah seri bilangan yang tak
terbatas.
Menurut
kaum intuisionis bahwa intuisi murni dari berhitug merupakan titik tolak
tentang matematika bilangan. Hakikat sebuah bilangan harus dapat dibentuk melalui
kegiatan intuitif dalam berhitug dan menghitung.
Perbedaan
pandangan dari ketiga aliran di atas tidak melemahkan perkembangan matematika
malah justru sebaliknya dimana satu aliran memberi inspirasi kepada
aliran-aliran lainnya dalam titik-titik pertemuan yang disebut Black sebagai
kompromi yang bersifat elektik. Kaum logistik mempergunakan system simbol yang
diperkembangkan oleh kaum formalis dalam kegiatan analisisnya. Kaum intuisionis
memberikan titik tolak dalam mempelajari matematika dalam perspektif kebudayaan
suatu masyarakat tertentu yang memungkinkan diperklembangkannya filsafat
pendidikan matematika yang sesuai. Ketiga pendekatan landasan matematika ini,
lewat pemahamannya masing-masing, memperkukuh matematika sebagai sarana
kegiatan berpikir deduktif.
Phytagoras
percaya bahwa angka bukan unsur seperti udara dan air yang banyak dipercaya
sebagai unsur semua benda. Pandangan Phytagoras mengungkapkan bahwa harmoni
terjadi berkat angka. Bila segala hal adalah angka, maka hal ini tidak saja
berarti bahwa segalanya bisa dihitung, dinilai dan diukur dengan angka dalam
hubungan yang teratur, melainkan berkat angka-angka itu segala sesuatu menjadi
harmonis, seimbang. Dengan kata lain tata tertib terjadi melalui angka-angka.
Pythagoras
dan murid-muridnya percaya bahwa segala sesuatu di dunia ini berhubungan dengan
matematika, dan merasa bahwa segalanya dapat diprediksikan dan diukur dalam
siklus beritme. Ia percaya keindahan matematika disebabkan segala fenomena alam
dapat dinyatakan dalam bilangan-bilangan atau perbandingan bilangan. Ketika
muridnya Hippasus menemukan bahwa hipotenusa dari segitiga siku-siku sama kaki
dengan sisi siku-siku masing-masing 1, adalah bilangan irasional, Pythagoras
memutuskan untuk membunuhnya karena tidak dapat membantah bukti yang diajukan
Hippasus.
Alam
semesta diatur secara terukur (phytagoras). hal yang mengagumkan dari alam adalah
disiplinnya yang patuh mengikuti hukum2 matematis. misalnya saja bumi
mengelilingi matahari selama 365 hari, bulan mengelilingi bumi selama 30 hari,
bumi berotasi pada sumbunya selama 24 jam setiap harinya. Angka-angka ini tidak
pernah berubah seenak hati bulan dan bumi. semuanya teratur mengikuti ukuran
yang telah ditentukan. dan kesadaran akan keteraturan inilah yang merupakan
hakekat mengapa perlu belajar matematika. Matematika itu bukan hanya
menyampaikan informasi secara jelas namun juga singkat.
Disarikan
dari berbagai sumber
Daftar
Pustaka
http://fadhliadhitya.wordpress.com/2012/06/03/
Pertanyaan
- Dari uraian di atas ternyata matematika
terus berkembang dari waktu ke waktu seiring perkembangan filsafat, pendapat
merekapun berbeda.Pertanyaanya adalah akankah pada suatu saat pendapat para
ahli tentang matematika menemui kesamaan?